Sabtu, 28 Agustus 2010

DOMINASI YAHUDI ATAS MEDIA MASSA INTERNASIONAL DALAM

catatan sejarah, di mana pun dan kapan pun, orang-orang Yahudi menjadi objek kebencian karena mereka dikenal piawai memonopoli sumber-sumber ekonomi terpenting. Sejak dahulu, kepribadian bangsa Yahudi memuakkan, tidak lebih merupakan simbol segala kesialan di kalangan mayoritas masyarakat Eropa. Para sastrawan selalu "meminjam" objek seorang Yahudi dalam karyanya untuk melukiskan kebencian. Bahkan, William Shakespeare, seorang pujangga Inggris, dalam salah sebuah puisinya menampilkan Scheiloc sebagai tokoh Yahudi tulen yang rakus, licik, busuk, dan pendendam. Lalu, bagaimana bangsa Yahudi berhasil mencuci otak masyarakat internasional, khususnya bangsa Amerika dan Eropa, hingga gambaran dekil orang Yahudi yang kikir, jelek, busuk, haus darah, egois, dan pengecut dapat berubah menjadi sosok yang cerdas, pemberani, jenius, tekun, kreatif, pakar, dan penuh cita-cita? Itulah kondisi yang harus diwaspadai setiap orang. Pada dasarnya, keberhasilan bangsa Yahudi tidaklah datang tiba-tiba, tetapi lebih merupakan hasil perjuangan panjang dan kerja keras, setelah melalui perencanaan matang. Lagi pula mereka tahu benar bahwa satu-satunya jalan untuk memperbaiki citra di hadapan masyarakat internasional adalah dengan mendominasi media massa internasional. Pada tahun 1869, seorang rabi Yahudi, Rashoron, dalam suatu khutbahnya di kota Braga mengungkapkan betapa pentingnya media massa tersebut hingga dia mengatakan, "Jika emas merupakan kekuatan pertama kita untuk mendominasi dunia, maka dunia jurnalistik merupakan kekuatan kedua bagi kita." Konferensi Zionis pertamal di Swiss pada tahun 1897 yang dipimpin oleh Theodor Herzl merupakan titik awal perubahan terpenting. Dalam kesempatan itu, masyarakat Yahudi mendiskusikan bahwa cita-cita mendirikan negara Israel Raya tidak akan terwujud tanpa pengubahan atas media massa. Realisasinya, rencana-rencana bidang publisistik, mereka tuangkan dalam Rencana Kerja Pemimpin-pemimpin Zionis nomor 12 berikut ini. Pertama, menguasai dunia pers dan mengendalikannya. Kedua, tidak memberi kesempatan kepada media massa non-Yahudi yang memuat gagasan-gagasan anti-Yahudi. Ketiga, melakukan sensor ketat sebelum berita disiarkan. Keempat, menerbitkan berbagai macam media massa untuk mendukung kelompok masyarakat aristokrat, republikan, revolusioner, hingga kelompok anarki. Kelima, mempengaruhi opini pubhk saat diperlukan sekaligus meredam gejolak yang timbul. Keenam, memberikan dorongan kepada orang-orang jenius untuk mengendalikan media massa yang beroplah besar, khususnya pers anti-Yahudi. Jika suatu saat orang-orang tersebut menunjukkan gejala-gejala tidak setia, skandal-skandalnya akan dibongkar. Hal itu sekaligus merupakan pelajaran bagi yang lainnya.

Tidak ada komentar: