Tampilkan postingan dengan label DOMINASI YAHUDI ATAS MEDIA MASSA INTERNASIONAL DALAM. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label DOMINASI YAHUDI ATAS MEDIA MASSA INTERNASIONAL DALAM. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 28 Agustus 2010

Tokoh Anti Yahudi

Pejabat yang juga anti-Zionis adalah Jenderal George Brown. Lewat siaran pers tahun 1974, Brown mengatakan: "Israel tidak lebih dari bocah Amerika yang kolokan. Setelah menguasai negara, bank, dan media massa, mereka menjadi beban militer Amerika." Karena aparat
30
politik Amerika tetap berada dalam genggaman Yahudi, tahun 1975, Jenderal Brown kembali mengatakan: "Sebagai warga negara Amerika, kami merasa begitu diremehkan. Ketika kepada delegasi Israel pada perundingan dengan Kementerian Pertahanan Amerika Serikat kami mengatakan bahwa Dewan Kongres tidak mungkin akan menyetujui tuntutan-tuntutan mereka, mereka mengatakan, 'Serahkan urusan kongres itu kepada kami, kami akan dapat mengaturnya.' Setelah itu barulah kami paham bahwa mereka memang lebih tahu karena memang mereka memiliki tombol yang menghubungkan mereka dengan bank dan media massa. Bisa kita bayangkan, bagaimana harta kekayaan warga Yahudi? Seruan tersebut mengundang berbagai provokasi Zionis; bahkan seorang rabi tertinggi Yahudi di New York mengatakan bahwa akhir hidup Brown tidak akan jauh berbeda dengan pendahulu-pendahulunya. Tragisnya, provokasi Zionis itu didukung 116) oleh Presiden Gerald Ford. 117). Spiro Agnew, wakil presiden Richard Nixon, termasuk salah seorang pejabat Amerika yang anti-Yahudi. Dalam wawancara dengan wartawan Washington Star atas kefrustasian politik Amerika Serikat di Timur Tengah, Agnew mengatakan: "Separuh dari anggaran belanja Amerika Serikat telah habis untuk membantu Zionis Israel. Padahal, dana tersebut disediakan untuk proyek-proyek memperbaiki perekonomian rakyat Amerika. " Agnew pun menegaskan bahwa berkembangnya kapitalis-kapitalis Yahudi di Amerika Serikat berkat pengorbanan rakyat Amerika. Reaksi Zionis atas aksi itu adalah tersebarnya propaganda-propaganda kontra-Agnew melalui berbagai media informasi. Harian Barbara Walter mengatakan bahwa Agnew adalah musuh bangsa Semit. Tudingan yang menyebabkan dia meninggalkan pentas politik Amerika Serikat118) adalah fitnah bahwa dia telah menghindar dari kewajiban pajak. Gambaran itu memperjelas peran media massa Yahudi sebagai mata pedang yang siap menebas batang leher warga Amerika. Dengan kekuatan itu, Yahudi leluasa melancarkan programnya. Tidak ada yang berani mengungkapkan skandal-skandal Yahudi. Kalau pun ada, mereka akan dicap sebagai anti-Semit atau pro-Nazi; bahkan dapat juga di-PHK-kan jika dia seorang pejabat atau dibangkrutkan jika dia seorang pengusaha. Sekarang, yang ada hanyalah warga Amerika yang tidak dapat melihat dunia kecuali melalui media massa Yahudi dan kaum birokrat, mulai dari presiden hingga anggota kongres, yang telah kecanduan morfin Yahudi. Dalam pemilihan presiden, kepala negara bagian, atau anggota kongres, hingga wali kota atau anggota suatu organisasi, yang berlomba menjaring suara Yahudi. Jika ada kandidat yang menang, segeralah Yahudi mengklaim bahwa kemenangan itu berkat dukungannya. Begitulah cara kerja Yahudi yang selalu mendominasi Amerika.119) Bahkan, melalui buletin ElQabala 120) yang diedarkan di kalangan Zionis sendiri, Yahudi ber-komentar:
"Saudara-saudara, kita tidak lagi takut kepada siapa pun. Setelah hari ini, tidak seorang pun yang berani menggugat kedudukan kita. Jika orang-orang bodoh itu hendak menghadang kita, kita akan menghantamnya dengan media massa kita. Kita akan mengecapnya sebagai Nazi, anti-Semit, atau rasialis hingga mereka terasing dari masyarakat. Mereka akan mengasingkan diri sambil menunggu ajal. Setelah itu semua, salahkah jika kita berbangga hati? Kita telah berhasil menguasai media massa internasional, mengompas kultus bangsa-
31
bangsa serta menguasai industri- industri perfilman, radio, media penerangan, dan media massa. 121) Percayalah, kita akan mampu mengendalikan dunia. Penduduk dunia akan bertepuk tangan untuk orang-orang yang kita banggakan. Masyarakat akan menghina orang-orang yang kita lecehkan, dan masyarakat tidak akan berpikir selain apa yang tengah kita pikirkan."*

DOMINASI YAHUDI ATAS MEDIA MASSA INTERNASIONAL DALAM

catatan sejarah, di mana pun dan kapan pun, orang-orang Yahudi menjadi objek kebencian karena mereka dikenal piawai memonopoli sumber-sumber ekonomi terpenting. Sejak dahulu, kepribadian bangsa Yahudi memuakkan, tidak lebih merupakan simbol segala kesialan di kalangan mayoritas masyarakat Eropa. Para sastrawan selalu "meminjam" objek seorang Yahudi dalam karyanya untuk melukiskan kebencian. Bahkan, William Shakespeare, seorang pujangga Inggris, dalam salah sebuah puisinya menampilkan Scheiloc sebagai tokoh Yahudi tulen yang rakus, licik, busuk, dan pendendam. Lalu, bagaimana bangsa Yahudi berhasil mencuci otak masyarakat internasional, khususnya bangsa Amerika dan Eropa, hingga gambaran dekil orang Yahudi yang kikir, jelek, busuk, haus darah, egois, dan pengecut dapat berubah menjadi sosok yang cerdas, pemberani, jenius, tekun, kreatif, pakar, dan penuh cita-cita? Itulah kondisi yang harus diwaspadai setiap orang. Pada dasarnya, keberhasilan bangsa Yahudi tidaklah datang tiba-tiba, tetapi lebih merupakan hasil perjuangan panjang dan kerja keras, setelah melalui perencanaan matang. Lagi pula mereka tahu benar bahwa satu-satunya jalan untuk memperbaiki citra di hadapan masyarakat internasional adalah dengan mendominasi media massa internasional. Pada tahun 1869, seorang rabi Yahudi, Rashoron, dalam suatu khutbahnya di kota Braga mengungkapkan betapa pentingnya media massa tersebut hingga dia mengatakan, "Jika emas merupakan kekuatan pertama kita untuk mendominasi dunia, maka dunia jurnalistik merupakan kekuatan kedua bagi kita." Konferensi Zionis pertamal di Swiss pada tahun 1897 yang dipimpin oleh Theodor Herzl merupakan titik awal perubahan terpenting. Dalam kesempatan itu, masyarakat Yahudi mendiskusikan bahwa cita-cita mendirikan negara Israel Raya tidak akan terwujud tanpa pengubahan atas media massa. Realisasinya, rencana-rencana bidang publisistik, mereka tuangkan dalam Rencana Kerja Pemimpin-pemimpin Zionis nomor 12 berikut ini. Pertama, menguasai dunia pers dan mengendalikannya. Kedua, tidak memberi kesempatan kepada media massa non-Yahudi yang memuat gagasan-gagasan anti-Yahudi. Ketiga, melakukan sensor ketat sebelum berita disiarkan. Keempat, menerbitkan berbagai macam media massa untuk mendukung kelompok masyarakat aristokrat, republikan, revolusioner, hingga kelompok anarki. Kelima, mempengaruhi opini pubhk saat diperlukan sekaligus meredam gejolak yang timbul. Keenam, memberikan dorongan kepada orang-orang jenius untuk mengendalikan media massa yang beroplah besar, khususnya pers anti-Yahudi. Jika suatu saat orang-orang tersebut menunjukkan gejala-gejala tidak setia, skandal-skandalnya akan dibongkar. Hal itu sekaligus merupakan pelajaran bagi yang lainnya.