Selasa, 31 Agustus 2010

Freemason dan Yahudi di Indonesia

“Tarekat Mason Bebas adalah pandangan hidup jiwa yang timbul dari dorongan batin, yang mengungkapkan dirinya dalam upaya berkesinambungan untuk mengembangkan semua sifat roh dan hati nurani, yang dapat mengangkat manusia dan umat manusia ke tingkat susila dan moral yang lebih tinggi. Ia terapkan dalam pelaksanaan seni hidup yang lebih tinggi.” (Tarekat Mason Bebas dan Masyarakat di Hindia Belanda dan Indonesia 1764-1962, hal. 5).
Selanjutnya Freemason ini meluaskan sayap-sayapnya di berbagai elemen masyarakat untuk dapat menyebarkan paham-paham terselubung dari agama Yahudi ke berbagai lapisan masyarakat. Freemason ini tak lupa juga menyisipkan ritual-ritual islam di dalam pengajaran dari freemason. Kita dapat saksikan dalam kutipan berikut ini:
“Situasi yang baru sama sekali tercipta ketika muncul anggota-anggota Indonesia (dan Tionghoa) di loge-loge. Pakaian tradisional dari kalangan elit Jawa, penggunaan Al Quran sebagai Kitab Suci pada pertemuan-pertemuan formal di Rumah Pemujaan…memberikan wajah baru kepada kegiatan-kegiatan loge.” (Tarekat Mason Bebas dan Masyarakat di Hindia Belanda dan Indonesia 1764-1962, hal. 28).
Loge dan Rumah Pemujaan yang dimaksud pada kutipan diatas bukanlah masjid maupun gereja, merupakan sebuah tempat pertemuan anggota Freemason Indonesia untuk mengadakan pemujaan kepada kepada Yang Maha Terang, yang dalam ritualnya para anggota Mason tersebut membacakan sebuah nyanyian kerohanian. Loge yang pertama kali dibangun di Batavia oleh Albertus van der Parra (1761-1775), yang bernama “La Choisie (Terpilih) atas prakarsa Joan Cornelis Radermacher. Setelah itu di bangun pula pada bulan November 1767 di Batavia sebuah loge baru bernama “La Fidele Sincerite”.

Tahun 1767 pada umunya dianggap sebagai awal kehadiran Tarekat Mason Bebas yang terorganisir di Jawa. Selain melakukan pertemuan di loge-loge, mereka juga kerap melakukan pertemuan rahasia di Amanusgracht (Jl. Kopi/Jl. Bandengan Jakarta) dan di kawasan Molenvliet (Jl. Gajah Mada/ Hayam Wuruk). Selain di kedua daerah diatas, seorang pakar Hukum yang namanya diakui dalam ilmu Hukum Indonesia, yaitu Jacob Van Vollenhoeven, ternyata memainkan peranan penting terhadap pendirian Loge Matahari di Padang pada tahun 1858 yang beberapa bulan sebelumnya pada tanggal 11 Desember 1857 berkumpul dirumahnya untuk me,bahas mengenai pendirian Loge tersebut.
Loge terakhir yang didirikan terakhir sebelum tahun 1890 di Jawa adalah Loge “Veritas” di Probolinggo Jawa Timur.
Tokoh-Tokoh Indonesia Yang Terlibat di dalam Freemason
1. Raden Saleh dilantik pada tahun 1836 di loge Den Haag “Endracht Maakt Macht”
2. Abdul Rachman, keturunan dari Sultan Pontianak, dilantik tahun 1844 di Loge di Surabaya “De Vriendschap” dan Gedenkboek tahun 1917 terdapat keterangan bahwa dia adalah Mason pertama yang beragama Islam.
3. Pangeran Ario Soeryodilogo (1835-1900) menjadi anggota loge Mataram di Yogyakarta
4. Pangeran Ario Notokusuma (Paku Alam VI)
5. Pangeran Arionotodirojo (1858-1917). Masuk keanggotaan loge Mataram pada tahun 1887 dan memegang berbagai jabatan kepengurusan. Ia ketua Boedi Oetomo antara tahun 1911-1914. pada tahun 1913 ia mendirikan Sarekat Islam Cabang Yogya yang banyak beranggotakan elit Jwa. Notodirojo seorang yang disegani dan dianggap sebaga pergerakan rakyat Jawa.
6. R.M. Adipati Ario Poerbo Hadiningrat, yang pada awal abad ke 20 memangku jabatan bupati Semarang dan Salatiga. Bukunya yang terkenal adalah Wat ik als Javaan voor geest en gemoed in de Vrijmetselarij heb gevonden.
7. Raden Adipati Tirto Koesoemo Bupati Karanganyar. Anggota Loge Mataram sejak tahun 1895. ketua pertama Boedi Oetomo. Pada kongres ke dua Boedi oetomo, yang diadakan di gedung Loge Mataram, ia mengusulkan pemakaian Bahasa Melayu, mendahului Sumpah Pemuda.
8. A.H. van Ophusyen S.H. (1883-1956). Notaries dan anggota Dewan kota Batavia. Salah seorang pendiri dari indo Europees Verbond-Ikatan Indo Eropa. Wakil Suhu Agung untuk Indonesia.
9. Raden Mas Toemenggoen Ario Koesoemo Yoedha, 1882-1955, putra dari Pakoe Alam V. menjadi anggota loge Mataram pada tahun 1909 dan berkali-kali memegang jabatan kepengurusan. Pada tahun 1930 menjadi Anggota Pengurus Pusat.
10. Dr. Radjiman Wediodipoera (Wediodiningrat), 1879-1952. antara tahun 1906 dan 1936 dokter pada keratin Solo. Sarjana dan penulis mengenai falsafah budaya. Pejabat ketua Boedi Oetomo 1914-1915. pada tahun 1945 memaainkan peranan penting sebagai ketua dari Badan Persiapan Kemerdekaan Indonesia. Bersama Soekarno dan Hatta pergi mnemui Marsekal Terauchi dalam pembicaraan kemerdekaan Indonesia.Raden Said Soekanto Tjokrodiatmodjo, Bogor, 1908. dalam tahun 1952 menjadi anggota dari loge Indonesia Purwo Daksia. Ia menjabat sebaia Kepala kepolisian RI . Soekanto menjadi Suhu Agung dari Timur Agung Indonesia atau Federasi Nasional Mason. Ia juga menjabat sebagai ketua dari Yayasan Raden Saleh yang merupakan penerusan dari Carpentier Alting Stiching.
11. R.A.S Soemitro Kolopaking Poerbonegoro, menjadi Ketua Suhu Agung dari Timur Agung Indonesia pada 7 April 1955 (Hari berdirinya Tarekat Mason Indonesia).
12. R.A. Pandji Tjokronegoro, terdaftar sebagai anggota pada tahun 1908, hal ini dikuatkan dengan bukti dia merayakan Yubelium Mason Bebas pada 50 tahunnya Mason Bebas.
Tokoh Penjajah Belanda dalam Sejarah Indonesia yang Merupakan Member Freemason
1. Herman Willem Daendels, dilantik di Loge Kampen “Le Profond Silence”.
2. Thomas Stamford Raffles, pada tanggal 26 Juni 1813 diterima di dalam Tarekat oleh Engelhard, sedangkan diplomasinya ditandatangani oleh mason-mason bebas yang terkenal dan penguasa-penguasa colonial.
3. Johannes Van Den Bosch, dilantik di Loge De Vriendschap pada tahun 1830.
Selain pendirian Loge sebagai sarana untuk menyampaikan misinya, para Freemason ini juga mendirikan sekolah-sekolah dan kesempatan belajar keluar negeri, berikut kita dapat kutip dari keterangan Dr. Th. Steven:
“Kaum Mason Bebas tidak hanya mendirikan sekolah-sekolah untuk kaum Indo yang miskin, tetapi juga memberi kesempatan kepada kaum muda Jawa yang berbakat untuk mengembangkan diri lebih lanjut melalui pendidikan di Eropa”. (Tarekat Mason Bebas dan Masyarakat di Hindia Belanda dan Indonesia 1764-1962, hal. 47).
Selain mendirikan sekolah-sekolah, para anggota Tarekat Mason Bebas di Indonesia ini juga mendirikan berbagai perpustakaan di berbagai daerah. Di semarang pada tahun 1875 di buka peprustakaan yang disebut “De Verlichting” dan pada tahun 1917 ditempatkan di Peprustakaan Pusat dan Ruang Baca Umum. Jenis perpustakaan itu dengan berjalannya waktu, muncul hampir bersamaan dengan di semua tempat yang ada loge. Pada tahun 1877 didirikan sebuah perpustakaan di Padang

Tidak ada komentar: